Pages

Kamis, 08 November 2012

Perkembangan Radio

Sebuah Generasi untuk Meneruskan Perjuangan Pak Karbol
( Komodor Udara Dr. Aburrahman Saleh )
        Dari Gedung Sabang Merauke Akademi Angkatan Udara, 87,7 FM "RADIO KARBOL" Media Komunikasi dan Informasi Satria Jogja.  begitulah pengucapan penyiar radio karbol saat opening tune. Radio Karbol berdiri atas prakarsa GUbernur AAU pada saat itu Marsda TNI DR. Rio Mendung Thalieb, MSc dengan supervisi teknisi di bawah Kadeplek AAU Kol Lek Dadang Hermawan. Dengan kekuatan power transmiter 350 W pada frekuensi 107,9 Mhz. serta izin dari komisi penyiaranIndonesia Daerah ( KPID ) DIY nomor B/882-10/01/01/AAU tanggal 19 September 2005. Radio Karbol mengawali siaran perdananya tanggal 12 Desember 2005 namun pancarannya belum begitu jauh, kurang lebih 3 km ke arah barat sampai dengan blok O, 4 km Ke arah utara (Sekitar Makro), 5 km Ke arah timur (Prambanan) dan 2,5 km Ke arah Selatan (Berbah).
           Atas upaya Gubernur AAU pada saat itu Marsda TNI Imam Sufaat, S.I.P., kini radio Karbol telah berdiri tegak di Gedung Sabang Merauke AAU, setelah sebelumnya berdiri di Gedung Viratama IV (Gedung Deplek AAU). Untuk mendapatkan pancaran yang lebih baik Frekuensi radio Karbol bergeser ke bawah menjadi 87,5 MHz, dengan power transmitter 900 W. 
       Kini di bawah kepemimpinan Gubernur AAU Marsda TNI BS. Silaen, S.I.P., terus berupaya melanjutkan perjuangan agar radio Karbol dapat mengudara di angkasa dengan kualitas siaran yang lebih baik lagi dengan mengubah frekuensinya menjadi 87,7 MHz.
Bapak Radio Indonesia
         Mengapa dinamakan Radio Karbol, dan tidak memakai nama populer seperti “Dirgantara FM”, “Radio Gita Dirgantara (RGD FM)” atau “Radio Angkasa”, tentunya nama bercorak kedirgantaraan akan sangat populer bagi pendengarnya dan mudah diketahui masyarakat bahwa ini adalah siaran yang dipancarkan oleh radio milik institusi TNI AU (AAU). Hal ini berkaitan dengan sejarah siaran radio di Indonesia yang belum diketahui banyak oleh masyarakat termasuk nama pahlawan nasional Komodor Udara dr. Abdurrahman Saleh alias Pak Karbol yang namanya tidak hanya dipakai sebagai nama Pangkalan TNI AU di Malang (Lanud Abdurrahman Saleh), nama Pak Karbol juga dipakai sebagai sebutan/sapaan bagi Taruna AAU (Karbol AAU). Nama “Radio Karbol” sangat tepat untuk dimiliki oleh AAU, hal ini tidak saja menunjukkan bahwa AAU mempunyai Taruna dengan sebutan Karbol, namun juga mempunyai latar belakang sejarah yang bertalian dengan siaran radio Indonesia, Pak Karbol selain sebagai pejuang TNI AU dan Bapak Ilmu Faal bagi dunia kedokteran Indonesia, ia juga dijuluki sebagai Bapak Radio Indonesia (RRI) dengan semboyan yang dibuatnya dan sampai kini masih menggelora di RRI yaitu “Sekali di udara tetap di udara”.
           Di era perjuangan kemerdekaan, Pak Karbol pernah mendirikan siaran radio yang dipancarkan dari Wonosari Gunung Kidul dan mampu menembus ke Amerika dengan maksud agar status kemerdekaan Indonesia dapat diketahui dan diakui oleh dunia. Hingga kini tempat berawalnya siaran radio Indonesia itu dipancarkan telah menjadi monumen sejarah bangsa yang disebut sebagai monumen perhubungan. Mengapa tidak kita namakan Monumen Radio saja, sehingga dapat menjadi tonggak sejarah bagi semua siaran radio di Indonesia, ketimbang dengan sebutan “Monumen Perhubungan” yang dapat membias artinya, mengingat ada institusi departemen perhubungan dan institusi militer dengan fungsi perhubungannya (Korp Perhubungan TNI AD). Hal ini semoga dapat dikaji oleh berbagai pihak terkait, sehingga menjadikan landasan sejarah yang kuat bagi dunia siaran radio di Indonesia.
Penerus Perjuangan Pak Karbol
               Bila dahulu Pak Karbol telah merintis siaran radio untuk mendukung perjuangan bangsa, maka kini kita sudah saatnya harus dapat meneruskan perjuangan Pak Karbol dengan mendirikan dan mengawaki siaran Radio Karbol serta terus berupaya mengudara dengan program-program siarannya. Untuk dapat menjalankan program siaran di radio Karbol tidak cukup dengan dukungan teknis saja seperti pengadaan alat peralatan studio, transmiter dan tower saja, namun juga tidak kalah pentingnya adalah menyiapkan software siaran berupa program acara yang dikemas dengan jelas sesuai format radionya sehingga acara yang disiarkan akan dapat diterima oleh pendengar yang dibidiknya serta visi dan misinya akan dapat tercapai, terlebih lagi adalah masalah pengawakan/crew radio Karbol yang tidak hanya menjadikan Karbol sebagai penyiarnya, tetapi harus juga diawaki oleh anggota tetap (Antap) AAU dari berbagai strata kepangkatan dan keahliannya masing-masing. Jadwal siarannyapun dibuat sedemikian rupa agar tidak mengganggu tugas pokok dinasnya. Untuk jam siaran Karbolpun dapat diatur agar tidak mengganggu tugas pokok belajarnya dengan menggunakan waktu khusus seperti Senin sore (jam kreatiftias), Rabu, Sabtu dan Minggu (jam pesiar) bagi yang tidak melaksanakan pesiar, serta hari lainnya yang memungkinkan diawaki oleh Karbol.

0 comments:

Posting Komentar